Beberapa minggu yang lalu ketika saya berkunjung ke suatu laboratorium daerah, ternyata jenis pemeriksaan untuk diagnosa demam tipoid masih menggunakan teknik widal, sehingga artikel ini saya tulis untuk menyambung dan menegaskan artikel sebelumnya yang berjudul DETEKSI DINI DEMAM TYPHOID.
Pemeriksaan widal adalah salah satu pemeriksaan yang bertujuan untuk menegakan diagnosa demam tipoid. Pemeriksaan ini masih banyak dipakai di negara-negara berkembang dikarenakan biayanya yang relatif terjangkau dan hasilnyapun dpt diketahui dgn segera.
Pemeriksaan widal bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi (kekebalan tubuh) terhadap kuman salmonela dgn cara mengukur kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H dalam sampel darah. Tubuh kita akan membentuk antibodi jika terpapar kuman salmonela typhi, baik kuman yg masuk secara alamiah dan menyebabkan sakit, kuman yg masuk namun tidak menunjukan gejala (karier) ataupun melalui vaksinasi.
Berbagai cara dan teknik dalam pemeriksaan laboratorium telah banyak berkembang ke arah yg lebih baik, sehingga pemeriksaan widal tidak lagi bisa mengetahui apakah hasil positif pada pemeriksaan tersebut terkait dengan infeksi yg saat ini sedang terjadi atau infeksi yg terdahulu (sebelumnya).
Pada pasien yang saat ini tidak sedang sakitpun pemeriksaan widal mungkin saja menunjukan hasil yang positif, pada pasien yang mendapat vaksinasi tipoid hasil pemeriksaan widalnyapun bisa positif. Perlu diperhatikan sobat analis semua bahwa pemeriksaan widal yang positif bukan hanya terjadi pada infeksi kuman salmonella typhi, namun juga akibat infeksi kuman salmonella yang lain, sehingga pada saat ini pemeriksan ini tidak dapat lagi dijadikan acuan pemeriksaan yg spesifik terhadap penyakit tipoid.
Pengambnilan sampel pasien untuk pemeriksaan widal juga kadang kurang tepat waktunya, karena berdasarkan perjalanan penyakitnya antibodi terbentuk pada hari ke 5-7 ke atas, sehingga tidak bijak jika pemeriksaan widal dilakukan sebelum hari ke 5, dan kalaupun pada pemeriksaan wideal didapat hasil yang positif pada sebelum hari ke 5 maka yang terdeteksi tersebut dimungkinkan antibodi yang terbentuk tersebut berasal dari infeksi sebelumnya. Mengingat adanya kelemahan tersebut maka pada saat ini di era kemajuan teknik pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan tersebut seharusnya tidak lagi menjadi pilihan, meskipun masih saja dilakukan di laboratorium-laboratorium pratama atau di daerah-daerah dimana teknik pameriksaan yang lain belum tersedia, namun tetap memperhatikan hal-hal penting dalam menegakan diagnosa tipoid yaitu tanda klinis yang menunjang (demam lebih dari 7 hari, anamnesis dan pemeriksaan fisik) atau dilakukan pemeriksaan widal serial pada minggu ke 1 dan minggu ke 2 dan pada periode convalescence saat demam mulai turun (pemeriksaan cukup bermakna jika terdapat kenaikan titer 2-4 kali).
Pemeriksan yang tepat
Dari gejala-gejala klinik yang mengarah ke arah demam tipoid, pemeriksaan di bawah ini seharusnya direkomendasikan oleh seorang dokter untuk menegakan diagnosanya ;
1.Pemeriksaan laboratorium sederhana, sehingga pada pemeriksaan tersebut didapatkan leukopenia, aneusinofilia, trombositopenia, dan limpositosis relatif
2.Pemeriksaan IgM Anti Salmonella (Tubex TF)
Pada pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya antigen spesifik dari kuman salmonella walaupun pemeriksaan dilakukan dalam minggu pertama setelah demam.
3.Kultur darah
Pemeriksaan ini merupakan gold standar untuk pemeriksaan demam tipoid
4.PCR (polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini walaupun lebih baru namun pemeriksaannya kurang praktis dan harganya lebih mahal
Dengan melakukan pemeriksaan yang terarah diharapkan demam tipoid dapat ditegakan dengan cepat dan tepat, semoga.